Dokter,
guru, pengacara, kerja di bank, pns, dan berbagai pekerjaan kantoran lainnya
adalah cita-cita yang sering dan banyak diimpikan. Pekerjaan tersebut dianggap
sebagai profesi elit yang menyuguhkan pendapatan (uang) yang “pasti”.
Nah,
cita-cita Anti apa?
Dulu
sewaktu masih SD, Anti bercita-cita ingin menjadi dokter. Biasalah, cita-cita mainstream
yang banyak diimpikan oleh anak-anak. Seiring berjalannya waktu, cita-cita Anti
berubah. Namun sayang cita-cita baru Anti itu mendapat penolakan dari orang tua
dengan alasan bahwa profesi tersebut tidak bisa menjamin kesejahteraan hidup
alias tidak menghasilkan banyak uang.
Penolakan
tersebut membuat Anti berpikir “sebenarnya cita-cita itu apa sih?”. Apa sih makna
“cita-cita” yang terdapat dalam kalimat mainstream “kalau kamu sudah dewasa,
kamu mau jadi apa? Cita-cita kamu apa?”. Anak-anak sering dijejali dengan
pertanyaaan “cita-cita” tersebut. Biasanya semua anak-anak akan menjawab dengan
cepat pertanyaan tersebut. Ya, semua anak-anak telah punya cita-cita. Sebegitu
mudahkah menentukan cita-cita?
Menurut analisa Anti
(cieee, analisa sa(stra)wan), makna cita-cita bagi anak-anak adalah “rencana”.
Sebuah rencana bisa saja berubah ataupun tak tercapai. Rencana pun tidak mutlak
harus diwujudkan, apalagi kalau itu hanya berupa jawaban dadakan dari
pertanyaan paling mainstream sejagad raya, “cita-cita kamu apa?”. Hey, bahkan
cita-cita pun harus direncanakan. Sebuah rencana hidup pun harus terencana.