Thursday 22 December 2016

ANTI-ISTIMEWA (2)

Halooo, sekarang tanggal 22 Desember 2016.
Hari ibuuuuu!
Semua ibu di dunia ini istimewaaaa!
Umm, kemarin akhirnya kami (mama & papa) sepakat ke rumah sakit.
Huffftt, finally! Ke R.U.M.A.H S.A.K.I.T
Setelah jeda selama 6 bulan!
Apa dokter bilang?
Tetap, kemo. Huuhuhuu~
Kembalilah (lagi) aku dan keluarga debat pro-kontra kemo.

Dan, inilah kado hari ibu dariku untuk Ama di tahun ini, Anti mau kemoterapi.

Ini pilihan yang tidak mudah.
Ama terlihat murung. Aku tahu beliau menangis dalam diam.

She keeps asking me "kamu yakin mau kemo? Kuat? Yakin?"
I know that question is actually asked for herself. 
She asks herself "my only daughter has cancer and she will have chemotherapy. 
seriously? is it real or just a dream?"
This year, I didn't say "selamat hari ibu, ya Ama sayang" in mother's day. 
I was in the hospital with my mom in mother's day. 
I said "I agree to have chemotherapy" to my mom in mother's day. 
It breaks her heart. I break her heart in her day. 
And again she asks "yakin mau kemo?" , 
I dont answer it because I know she is talking to herself. 

Sunday 16 October 2016

Indahnya 13 oktoberku

Pada zaman dahulu sampai zaman sekarang, hiduplah seorang anak.
Hidupnya selalu berwarna, warna kelabu. Kulitnya putih, putih tua. Suaranya sendu seperti petir di siang hari.
Pada hari kamis lalu, saya berjumpa dengan anak itu di ruang tunggu sebuah bandara.
Sepatu biru, celana panjang biru, baju panjang cokelat dengan lengan panjang belang biru, dan jilbab coklat. Oh, ternyata anak yang sering salah kostum itu bisa juga berpakaian matching.
Saya lihat dia gelisah sambil terus melirik jam dinding.
11:40.
Oh, pantas saja dia terlihat gelisah. Seharusnya 11:25 dia sudah naik pesawat.
Tiba-tiba dia bangkit dan berlari-lari kecil menuju sebuah antrian panjang.
Saya lihat dia masuk di Gate B4 dengan wajah lega.
Oh, dia naik L*on Air, di bangku 10 A.
.
.
Lalu terjadilah insiden itu.
Ada seorang penumpang yang tempat duduknya sama persis dengan dia, 10 A.
Nah loh? Kok bisa?
Saya dengar mereka berdebat. Tidak sengit, namun wajah anak itu terlihat berkerut penuh tanya. Lalu saya lihat anak itu keluar pesawat.
Ha?
Diusir karena nomor bangkunya sama? 😱
Kenapa dia mau disuruh keluar?
.
.
.
Anak itu...
Oii anak itu, kasihan sekali...
Malangnya...
Kelabu harinya...
.
.
Naik pesawat, namun disuruh keluar dari pesawat di detik-detik sebelum pesawat bersiap melesat jauh ke udara.
.
Oh kenapa dia?
.
.
Dengan penuh rasa iba, was-was, sekaligus kasihan, saya perhatikan dia berlari keluar pesawat.
.
Eiii, saya lihat dia naik bus.
Daaaaaaaaan, dia naik pesawat L*on Air (lagi).
.
.
Kenapa dia naik pesawat itu dua kali? 😨
.
.
Ooohayyy, ternyata dia naik pesawat ke Palembang padahal tujuannya ke Padang, alias salah naik pesawat. 😂😂
Sama2 L*on Air, sama2 pukul 11:25, sama2 gate B4, sama2 tujuan sumatra, dan pastinya sama2 gak fokus antara si anak itu, petugas yang cek tiket, beserta pramugari.
Oh kenapa tak ada petugas atau pramugari yang mencegatnya ketika melihat tiketnya tidak sama dengan rute pesawat yang dia tuju? 👻👻
Oh kenapa 13 oktoberku begitu kelabu.
.
Iya, itu aku! 😌😌

Tuesday 20 September 2016

Selow Woles Aja

"Anda Kena kanker"
Reaksi: menangis terisak-isak, teriak tak terima.
-sinetron-
.
"Maaf, rahimnya harus diangkat"
Reaksi: kaget tak terima, menangis, sedih tak berujung, banyak dikasihani oleh orang.
-sinetron dan realita-
.
"Anda kena kanker ******* stadium ** dan rahimnya mesti diangkat."
Reaksi: oh, gitu. Ya udah. Meneteskan 5 tetes air mata dan segera tersenyum. Semua akan baik2 saja. Skenario Allah sangat spektakuler. Tertawa dan lupakan.
-aku-
.

.
Kadang aku pikir, kok ya bisa aku selow woles gini menghadapi masalah yang spektakuler ini.
Aku masih muda, belum menikah, dan tiba2 saja tak lagi punya rahim dan dianugerahi kanker pula. Kok aku terlihat tenang saja. Kok aku masih bisa tertawa lepas. Kok aku sangat marah kalau ada yang mengasihani.
.
Tapi akhirnya ada satu hal yang sedikit membuatku ragu dan penasaran.
Apa ada kelak laki-laki yang mau menikah dengan kondisiku yang seperti ini? Tanpa rahim? Punya kanker?
.
"Pasti ada"
Bisikku; berusaha meyakinkan diri bahwa Allah tak akan sekejam ini padaku.
.

Wednesday 7 September 2016

Dua Episode

Hidupku kembali lagi ke titik awal.
Ini dimulai bukan hanya dari titik nol. Ini dimulai dari titik minus, jauh di bawah nol.
Ratusan episode telah menguap tanpa jejak.
Pupus.
Hangus.
Mampus!
Koyak.
Sesak
Rusak!
.
Mpus, masih ada episode yang bisa dipakai; dua episode.

-Sedih & Bahagia-




Thursday 25 August 2016

Cita-cita Mainstream



Dokter, guru, pengacara, kerja di bank, pns, dan berbagai pekerjaan kantoran lainnya adalah cita-cita yang sering dan banyak diimpikan. Pekerjaan tersebut dianggap sebagai profesi elit yang menyuguhkan pendapatan (uang)  yang “pasti”.
Nah, cita-cita Anti apa?
Dulu sewaktu masih SD, Anti bercita-cita ingin menjadi dokter. Biasalah, cita-cita mainstream yang banyak diimpikan oleh anak-anak. Seiring berjalannya waktu, cita-cita Anti berubah. Namun sayang cita-cita baru Anti itu mendapat penolakan dari orang tua dengan alasan bahwa profesi tersebut tidak bisa menjamin kesejahteraan hidup alias tidak menghasilkan banyak uang.
Penolakan tersebut membuat Anti berpikir “sebenarnya cita-cita itu apa sih?”. Apa sih makna “cita-cita” yang terdapat dalam kalimat mainstream “kalau kamu sudah dewasa, kamu mau jadi apa? Cita-cita kamu apa?”. Anak-anak sering dijejali dengan pertanyaaan “cita-cita” tersebut. Biasanya semua anak-anak akan menjawab dengan cepat pertanyaan tersebut. Ya, semua anak-anak telah punya cita-cita. Sebegitu mudahkah menentukan cita-cita?
Menurut analisa Anti (cieee, analisa sa(stra)wan), makna cita-cita bagi anak-anak adalah “rencana”. Sebuah rencana bisa saja berubah ataupun tak tercapai. Rencana pun tidak mutlak harus diwujudkan, apalagi kalau itu hanya berupa jawaban dadakan dari pertanyaan paling mainstream sejagad raya, “cita-cita kamu apa?”. Hey, bahkan cita-cita pun harus direncanakan. Sebuah rencana hidup pun harus terencana.

Sa(stra)wan



“Ranti Muthmainnah, Jurusan Sastra Inggris, IPK 3,53.”
 Prok prok proooooooookkkkk…………………………
Huaaaaaaaaaaaaaaaaaa, akhirnya Anti wisuda setelah menikmati asam, asin, pahit proses perkuliahan selama nyaris 6 tahun! Sekarang nama Anti jadi “Ranti Muthmainnah, S.S.”
Daaaaaan, beberapa hari setelah wisuda Anti telah dapat pekerjaan.
Wiiiih, keren Anti yak! Cepat amat diterima kerja.

25T 7B 12H


I don’t know how strong I am until being strong is the only choice I have.
Close your eyes, clear your heart, let it go.

Aku pasti sedang bermimpi.
Aku harus segera bangun.
Ayo, bangun! Bangun!
Mimpi ini sangat menakutkan.
Tidak, aku tak akan menangis.
Ini hanya mimpi.
Tak perlu menangis.
Hei!
Kenapa mama menangis?
Kenapa kakak menangis?
Kenapa semua orang yang ku kenal bersedih?
Tolong, tolong tersenyumlah padaku…….
Tolong bangunkan aku dari mimpi buruk ini…..

“Antiiiiii, banguuuuuun. Jangan pingsan dulu. Kok malah pingsan sih? Tunggu, tunggu sebentarrrrrr.”
Ah, apa boleh buat. Anti pingsan. Si kakak panik tak tahu harus berbuat apa. Ini adalah kali pertama si kakak menghadapi orang pingsan. Apa yang dilakukan si kakak? Mengepel lantai!
Iya, mengepel lantai. Anti muntah sebelum pingsan. Nah, supaya tidak bau maka muntah Anti harus segera dienyahkan, muntah beserta baunya.

“Alhamdulillaaaaah, akhirnya Anti sadar dari pingsan. Ternyata mempan juga minyak kayu putih yang dioles di hidung Anti. Pasti Anti bangun karena mencium aroma minyak kayu putihnya.” Si kakak cengengesan.
“Hah? Bau busuk apa ini? Kok bau muntah sih? Bau banget! Duh, aku mau poop nih.” Anti bicara dengan ekspresi wajah tanpa dosa.
“What?? Berarti Anti sadar dari pingsan karena mencium aroma muntah Anti sendiri dan karena pengen poop. Huahahahah.” Si kakak tertawa cekikikan sambil terus mengepel lantai. Sungguh kakak yang aneh. Dan, Anti yang jauh lebih aneh……

Eh, kenapa Anti pingsan?