Tuesday 20 September 2016

Selow Woles Aja

"Anda Kena kanker"
Reaksi: menangis terisak-isak, teriak tak terima.
-sinetron-
.
"Maaf, rahimnya harus diangkat"
Reaksi: kaget tak terima, menangis, sedih tak berujung, banyak dikasihani oleh orang.
-sinetron dan realita-
.
"Anda kena kanker ******* stadium ** dan rahimnya mesti diangkat."
Reaksi: oh, gitu. Ya udah. Meneteskan 5 tetes air mata dan segera tersenyum. Semua akan baik2 saja. Skenario Allah sangat spektakuler. Tertawa dan lupakan.
-aku-
.

.
Kadang aku pikir, kok ya bisa aku selow woles gini menghadapi masalah yang spektakuler ini.
Aku masih muda, belum menikah, dan tiba2 saja tak lagi punya rahim dan dianugerahi kanker pula. Kok aku terlihat tenang saja. Kok aku masih bisa tertawa lepas. Kok aku sangat marah kalau ada yang mengasihani.
.
Tapi akhirnya ada satu hal yang sedikit membuatku ragu dan penasaran.
Apa ada kelak laki-laki yang mau menikah dengan kondisiku yang seperti ini? Tanpa rahim? Punya kanker?
.
"Pasti ada"
Bisikku; berusaha meyakinkan diri bahwa Allah tak akan sekejam ini padaku.
.

Wednesday 7 September 2016

Dua Episode

Hidupku kembali lagi ke titik awal.
Ini dimulai bukan hanya dari titik nol. Ini dimulai dari titik minus, jauh di bawah nol.
Ratusan episode telah menguap tanpa jejak.
Pupus.
Hangus.
Mampus!
Koyak.
Sesak
Rusak!
.
Mpus, masih ada episode yang bisa dipakai; dua episode.

-Sedih & Bahagia-