Thursday 25 August 2016

Cita-cita Mainstream



Dokter, guru, pengacara, kerja di bank, pns, dan berbagai pekerjaan kantoran lainnya adalah cita-cita yang sering dan banyak diimpikan. Pekerjaan tersebut dianggap sebagai profesi elit yang menyuguhkan pendapatan (uang)  yang “pasti”.
Nah, cita-cita Anti apa?
Dulu sewaktu masih SD, Anti bercita-cita ingin menjadi dokter. Biasalah, cita-cita mainstream yang banyak diimpikan oleh anak-anak. Seiring berjalannya waktu, cita-cita Anti berubah. Namun sayang cita-cita baru Anti itu mendapat penolakan dari orang tua dengan alasan bahwa profesi tersebut tidak bisa menjamin kesejahteraan hidup alias tidak menghasilkan banyak uang.
Penolakan tersebut membuat Anti berpikir “sebenarnya cita-cita itu apa sih?”. Apa sih makna “cita-cita” yang terdapat dalam kalimat mainstream “kalau kamu sudah dewasa, kamu mau jadi apa? Cita-cita kamu apa?”. Anak-anak sering dijejali dengan pertanyaaan “cita-cita” tersebut. Biasanya semua anak-anak akan menjawab dengan cepat pertanyaan tersebut. Ya, semua anak-anak telah punya cita-cita. Sebegitu mudahkah menentukan cita-cita?
Menurut analisa Anti (cieee, analisa sa(stra)wan), makna cita-cita bagi anak-anak adalah “rencana”. Sebuah rencana bisa saja berubah ataupun tak tercapai. Rencana pun tidak mutlak harus diwujudkan, apalagi kalau itu hanya berupa jawaban dadakan dari pertanyaan paling mainstream sejagad raya, “cita-cita kamu apa?”. Hey, bahkan cita-cita pun harus direncanakan. Sebuah rencana hidup pun harus terencana.

Sa(stra)wan



“Ranti Muthmainnah, Jurusan Sastra Inggris, IPK 3,53.”
 Prok prok proooooooookkkkk…………………………
Huaaaaaaaaaaaaaaaaaa, akhirnya Anti wisuda setelah menikmati asam, asin, pahit proses perkuliahan selama nyaris 6 tahun! Sekarang nama Anti jadi “Ranti Muthmainnah, S.S.”
Daaaaaan, beberapa hari setelah wisuda Anti telah dapat pekerjaan.
Wiiiih, keren Anti yak! Cepat amat diterima kerja.

25T 7B 12H


I don’t know how strong I am until being strong is the only choice I have.
Close your eyes, clear your heart, let it go.

Aku pasti sedang bermimpi.
Aku harus segera bangun.
Ayo, bangun! Bangun!
Mimpi ini sangat menakutkan.
Tidak, aku tak akan menangis.
Ini hanya mimpi.
Tak perlu menangis.
Hei!
Kenapa mama menangis?
Kenapa kakak menangis?
Kenapa semua orang yang ku kenal bersedih?
Tolong, tolong tersenyumlah padaku…….
Tolong bangunkan aku dari mimpi buruk ini…..

“Antiiiiii, banguuuuuun. Jangan pingsan dulu. Kok malah pingsan sih? Tunggu, tunggu sebentarrrrrr.”
Ah, apa boleh buat. Anti pingsan. Si kakak panik tak tahu harus berbuat apa. Ini adalah kali pertama si kakak menghadapi orang pingsan. Apa yang dilakukan si kakak? Mengepel lantai!
Iya, mengepel lantai. Anti muntah sebelum pingsan. Nah, supaya tidak bau maka muntah Anti harus segera dienyahkan, muntah beserta baunya.

“Alhamdulillaaaaah, akhirnya Anti sadar dari pingsan. Ternyata mempan juga minyak kayu putih yang dioles di hidung Anti. Pasti Anti bangun karena mencium aroma minyak kayu putihnya.” Si kakak cengengesan.
“Hah? Bau busuk apa ini? Kok bau muntah sih? Bau banget! Duh, aku mau poop nih.” Anti bicara dengan ekspresi wajah tanpa dosa.
“What?? Berarti Anti sadar dari pingsan karena mencium aroma muntah Anti sendiri dan karena pengen poop. Huahahahah.” Si kakak tertawa cekikikan sambil terus mengepel lantai. Sungguh kakak yang aneh. Dan, Anti yang jauh lebih aneh……

Eh, kenapa Anti pingsan?